Kejang
atau di masyarakat Indonesia lebih dikenal dengan sebutan stuip atau
step, banyak dialami oleh anak-anak terutama pada balita usia kurang
dari 5 tahun. Kejang timbul akibat terjadinya kontraksi otot secara
berlebihan pada waktu tertentu tanpa bisa dikendalikan. Bila
kejang terjadi, maka harus segera ditangani dan jangan
dianggap remeh, karena bisa jadi hal ini merupakan suatu tanda anak
terserang penyakit tertentu. Penyebab yang memicu timbulnya kejang, antara lain :
- Mengalami demam tinggi diatas batas toleransi yakni sekitar 38 °C sampai 39 °C. Sehingga bila suhu tubuh anak melewati batas toleransi tersebut maka anak akan mengalami kejang yang disebut kejang demam (convalsio febrillis).
- Terserang penyakit seperti : cacar air, campak, typus / thypoid, influenza (flu), radang tenggorokan (infeksi saluran pernafasan), dehidrasi akibat diare atau muntah-muntah, infeksi, dsb.
- Kelainan pada syaraf otak, cedera di bagian kepala, penyakit epilepsy, konsumsi obat-obatan, dsb
Kondisi
kejang demam yang dialami anak kebanyakan terjadi hanya beberapa
detik dan biasanya tidak berbahaya. Meskipun
kejang demam hanya berlangsung dalam waktu singkat, namun sering kali
membuat orang tua menjadi panic dan kalang kabut saat menyaksikan
buah hatinya mengalami kejang. Parahnya lagi karena kebingungan dan
tidak mengerti kondisi yang sedang terjadi pada anak, terkadang orang
tua salah dalam melakukan langkah-langkah penanganannya yang
justru bisa membahayakan bagi si anak. Berikut ini beberapa gejala
atau tanda-tanda anak mengalami kejang :
- Tubuh tersentak dan mulai kaku
- Bola mata memutar dan terbalik ke atas (melihat ke atas arah kening).
- Kedua tangan dan kaki menjadi kaku disertai gerakan kejut.
- Gigi antara rahang bawah dan atas terkatup.
- Mengeluarkan air liur, atau kadang disertai muntah dan nafas terhenti sesaat
- Kulit tampak sedikit lebih gelap
- Bila sudah parah biasanya, anak tidak sadarkan diri (pingsan).
- Kejang terjadi selama beberapa detik hingga beberapa menit (sekitar 5 – 15 menit)
Bila
ternyata kejang yang terjadi sudah lebih dari 1 menit, maka
kita selaku orang tua harus waspada.
Apalagi bila kejang timbul berulang-ulang dan sudah
berlangsung lama (lebih dari 5 menit) karena dikhawatirkan jika anak
mengalami kejang berulang-ulang dapat mengakibatkan kerusakan pada
sel-sel otak. Saat kejang terjadi, darah akan mengalami kekurangan
oksigen termasuk yang dipompakan ke otak sehingga bisa menyebakan
sel-sel otak mengalami kerusakan. Kerusakan pada sel-sel otak (cidera
otak) ini dapat menyebabkan epilepsi, kelainan motorik (pergerakan
alat-alat tubuh), gangguan mental, kelumpuhan, dsb. Namun demikian, kejang akibat demam hampir
tidak pernah menyebabkan kerusakan pada otak meskipun terkadang
kejang demam berlangsung lama.
Banyak
orang beranggapan dan sering kali menghubungkan kejadian kejang pada
anak dengan gejala penyakit epilepsy, padahal kejang pada kasus
epilepsi berbeda dengan kejang demam. Biasanya kejang epilepsy tidak
disebabkan atau disertai dengan demam. Memang sih, ada kemungkinan
epilepsi timbul pada anak yang telah beberapa kali mengalami kejang
demam. Berdasarkan penelitian para ahli bahwa 2% - 4% anak yang
pernah mengalami kejang demam bisa berpeluang mengalami epilepsy
daripada anak yang tidak pernah mengalami kejang sama sekali.
Bila
anak anda sedang mengalami kejang, sebaiknya anda jangan panik.dan
membuat heboh sampai teriak-teriak panggil tetangga. Cobalah
anda untuk tetap tenang, karena kejang akan berhenti dengan
sendirinya dalam beberapa menit. Nah, tips berikut ini mudah-mudahan
bisa bermanfaat buat anda.
Ini dia, 15 Tips ampuh dan paling manjur mengobati serta mencegah
kejang (stuip atau step) pada anak balita, antara lain :
Mengobati
kejang :
- Letakan anak pada tempat yang aman, bagian kepala jangan sampai terbentur atau terjatuh. Untuk mencegah resiko jatuh sebaiknya anak dalam posisi di tidurkan di lantai yang dialas dengan kasur atau matras lembut.
- Longgarkan pakaian yang dipakai agar jalan udara tidak terhambat dan memudahkan anak bernapas untuk mendapatkan oksigen lebih banyak.
- Bila disertai muntah atau produksi air liur berlebih karena kelenjar air liur tidak terkontrol, maka miringkan tubuh anak ke salah satu sisi untuk menghindari terhalangnya saluran pernapasan atau tersedak akibat tertelannya cairan air liur atau muntah.
- Hindari menurunkan demam anak dengan menempatkannya pada ruangan ber-AC dengan suhu yang terlalu dingin, lebih baik buka jendela agar sirkulasi udara dalam ruangan cukup baik.
- Kompres bagian kepala dan tubuh anak (leher, ketiak, paha) dengan handuk yang telah direndam air hangat untuk menurunkan panasnya. Ingat, jangan gunakan air dingin (es) atau alkohol untuk mengkompres/menurunkan panas. Mengenai cara mengkompres, selengkapnya dapat anda baca pada artikel disini
- Hindari memasukan benda apapun ke dalam mulut (sendok, kayu, kain, dsb) karena berisiko membahayakan anak (tertelan, merusak gigi, cedera rongga mulut, dsb) termasuk memberi obat atau memberi minuman (air). Jika ingin memberikan minum, sebaiknya tunggu beberapa saat setelah kejang berhenti agar anak tidak tersedak.
- Hindari untuk menahan gerakan anak selama kejang, dan anda harus segera menyingkirkan benda-benda berbahaya dari sekitarnya yang kemungkinan bisa melukainya saat ia kejang.
- Gunakan obat diazepam rectal (misalnya Stesolid) untuk menghilangkan kejang. Diazepam ini berbentuk cair dan digunakan pada waktu kejang. Caranya dengan memasukan cairan obat tersebut melalui dubur anak dengan menggunakan kemasannya yang dibuat sedemikian rupa agar obat mudah dimasukan lewat dubur. Dosisnya, untuk anak dengan berat kurang dari 10 kg, diberikan Diazepam 5 mg. Sementara anak dengan berat badan lebih dari 10 kg, diberikan Diazepam 10 mg.
- Bila kejang berlangsung sudah lebih dari 5 menit, dan terjadi berulang-ulang atau anak terlihat lemah setelah kejang berakhir atau kulitnya membiru, maka segera bawa anak ke dokter atau klinik kesehatan terdekat untuk mendapat penanganan. Hal ini juga untuk menghindari resiko fatal akibat anak terlambat mendapat pertolongan medis (misal terganggunya sel otak karena kekurangan oksigen). Bila dari hasil diagnosa dokter bahwa kejang tersebut membahayakan anak, maka dokter akan merujuk si anak ke dokter spesialis anak atau dokter spesialis saraf untuk mendapatkan penanganan yang tepat.
Bila
anak anda pernah mengalami kejang, maka ada kemungkinan ia
bisa mengalami kejang kembali sehingga anda harus
mempersiapkan tindakan pencegahannya, antara lain :
- Pada saat anak demam, ukur suhu tubuhnya dengan thermometer. Suhu tubuh normal anak berkisar antara 36-37 °C. Anak dinyatakan demam bila suhu tubuhnya diatas 37 °C, yakni 37.5 °C bila diukur melalui mulut/telinga atau bila diukur melalui rectum/dubur suhunya 38 °C atau bila diukur melalui ketiak suhunya 37,2 °C. Cara mengukur suhu tubuh anak yang benar selengkapnya dapat anda baca pada artikel disini
- Bila suhu tubuh anak diatas 37,5 °C (misal lebih dari 38.2 °C) kemungkinan terjadi kejang demam. Untuk mengurangi resiko tersebut, maka ketika anak mulai demam sebaiknya diberikan paracetamol atau ibuprofen untuk menurunkan panasnya. Untuk cara pemberian obat demam, selengkapnya dapat anda baca pada artikel disini
- Ketika suhu anak mulai naik, segeralah kompres dengan menggunakan air hangat, jangan pakai air dingin (es) untuk menurunkan panasnya.
- Saat anak demam, lakukan pengukuran suhu setiap 1 jam sekali. Hal ini sangat penting agar suhu badan anak tidak melebihi ambang batas toleransi (38 °C sampai 39 °C). Karena bila telah mencapai 38 °C atau lebih maka kemungkinan besar bisa memicu terjadinya kejang demam.
- Jika anak memang sudah punya riwayat kejang, sebaiknya anda mempersiapkan obat penurun panas dan obat anti kejang (stesolid) di rumah atau ketika bepergian.
- Bila anda lebih menyukai obat alami untuk menurunkan demam, anak bisa diberikan madu, kurma, zaitun, atau habbatussauda. Selengkapnya mengenai khasiat obat alami tersebut, dapat anda baca pada artikel disini
saya sangat setuju dengan tulisan ini...dan tautan ini sangat sependapat dengan saya ketimbang tautan yg lain...yang mengharuskan kompres anak pake air dingin/es....menurut saya kalo kompres pake ess itu merupakan hal yg fatal dikarenakan saat bayi demam itu sebenarnya dia lagi kedinginan....dan saya sempat melarang ketika anak saya mau dikompres pake es...emang semua itu dari ALLAh SWT......
BalasHapusDear mas Safwandi Nurdin,
HapusSaya sependapat dan setuju dengan mas... Terima kasih atas komentar dan kunjungannya ke blog mas BW... salam : Bambang Warsita
Assalamu'alaikum.
BalasHapusMas,2minggu yglalu anak saya kejang(pas dzuhur)setelah dilakukan pertolongan 1,langsung dibawa ke klinik-dsana dkasih oksigen...setelah pulih dan dokter bilang gpp,langsunh dbawa pulang.2hari stelah itu demam lagi tapi tidak sampai kejang,siangnya balik krumah sakit untuk cek darah,hasil negatif db -thypus.setelah kejang 1,tiap dia tidur(siang-malam)kaki-tangan gerak2,mash keadaan tertidur..gerakan kaya kejang tapi pelan dan tidak kaku.itu knapa ya mas???bahaya???
Terimakasih
Dear mas Dee,
HapusKemungkinan kejang terjadi karena suhu tubuhnya diatas batas normal (39 derajat celcius). Dan ketika tidur terjadi gerakan seprti kejang, maka kemungkinan suhu tubuhnya masih belum normal (masih 38 - 39 derajat celcius). Untuk memastikan penyebab demam tinggi harus melalui diagnosa dokter. Namun bila terjadi kejang kembali, pertolongan pertama bisa dengan memakai obat diazepam rectal(seperti stesolid)yang dimasukan melalui anus. Jangan lupa tetap dilakukan tindakan mengkompres dengan air hangat untuk menurunkan suhu tubuhnya.
Saran saya, coba minta rujukan dokter spesialis anak untuk pemeriksaan darah lengkap di lab.
Demikian infonya semoga dapat membantu. Terima kasih sudah berkunjung ke blog mas BW... salam : Bambang warsita