Mungkin sehari-hari anda sering mendengar istilah anak
obesitas (childhood obesity) atau sehari-hari dikenal dengan istilah kegemukan pada
anak. Banyak persepsi yang salah di masyarakat kita bahwa anak yang gemuk dan
montok berarti sehat dan cukup gizi, padahal belum tentu. Bisa saja dengan
kondisi tersebut sebenarnya, anak sedang mengalami obesitas. Pengertian obesitas
adalah keadaan tubuh yang mengalami kelebihan lemak dan terakumulasi sehingga bisa
mengakibatkan efek samping secara negative pada kesehatan (anak). Beberapa hal
sebagai penyebab masalah anak obesitas, antara lain :
- Faktor genetik, anak yang memiliki riwayat orang tua atau keluarga
mengalami kelebihan berat badan kemungkinan besar (meskipun tidak semua)
beresiko mengalami obesitas.
- Kurangnya aktivitas
fisik, karena anak menghabiskan waktu yang tidak aktif misalnya menonton
televisi, bermain komputer, playstation atau game online (video game),
dsb. Aktivitas ini ikut berperan dalam menaikan berat badan anak.
- Pola makan yang tidak sehat, seperti
sering mengkonsumsi
makanan cepat saji (fast food), mengandung karbohidrat tinggi, mengandung kalori
tinggi, menghasilkan energi lebih banyak dari yang diperlukan oleh tubuh, namun
tidak terpakai dalam tubuh. Akibatnya, sebagian besar kalori akan tersimpan
sebagai lemak tubuh. Apalagi sekarang ini makanan cepat saji (fast food) sering memberikan
mainan dalam paket pembeliannya, sehingga memicu/memikat anak-anak untuk
membeli makanan cepat saji tersebut termasuk makanan sampah (junk food) di
sekolah seperti popcorn, burger, kentang goreng, dsb
- Banyak mengkonsumsi minuman ringan yang mengandung banyak gula (ekstra
manis) dan kaya kalori
- Makan secara abnormal, yakni makan dalam jumlah sangat
banyak atau makan di malam hari, bisa jadi sebagai pelampiasan emosional
akibat stress dan kekecewaan.
- Kurang istirahat (tidur), selain bisa mempengaruhi
prestasi anak di sekolah, juga bisa meningkatkan risiko anak obesitas
- Kombinasi dari beberapa faktor-faktor diatas
Anak
obesitas bisa mengalami dan menghadapi resiko, antara lain :
- Cenderung menjadi gemuk saat usia dewasa, bahkan bila kelebihan berat
badan sebelum usia 8 tahun, maka saat dewasa kemungkinan anak akan mengalami
obesitas yang lebih parah
- Penyakit jantung seperti gagal jantung,
jantung koroner saat dewasa,
- Beresiko terhadap penyakit kanker (misalnya kanker prostat dan
kanker usus besar),
- Kolesterol tinggi
- Tekanan darah tinggi
(hipertensi), stroke
- Diabetes Melitus tipe 2
- Asma,akibat penimbunan lemak berlebihan dibawah diafragma dan dinding dada, sehingga bisa
menekan paru-paru, yang menimbulkan gangguan pernapasan serta sesak napas ( meski hanya melakukan
aktivitas ringan ).
- Masalah
tulang (osteoartritis) seperti nyeri punggung bawah
- Masalah tidur, seperti Obstructive Sleep Apnea yakni gangguan pernapasan saat tidur yang
menyebabkan terhentinya pernapasan untuk sementara waktu (kegagalan untuk
bernapas secara normal), sehingga menyebabkan berkurangnya kadar oksigen
dalam darah. Ciri-cirinya : sepanjang siang hari penderita sering merasa
sangat mengantuk.
- Penyakit
kulit seperti stretch mark,
selulitis, ruam panas ,
infeksi jamur, jerawat, dsb
- Gelisah,
depresi, dan rendah diri karena sering diolok-olok (dilecehkan) atau
mendapat perlakuan diskriminatif
- Berkurangnya tingkat harapan hidup dan meningkatnya resiko kematian saat masa dewasa
Untuk mengetahui seorang anak obesitas, anda bisa terlebih
dahulu melakukan perhitungan berdasarkan Indeks Massa Tubuh (Body Mass Index /
BMI). Khusus untuk perhitungan BMI anak, memang agak rumit dibandingkan
perhitungan BMI orang dewasa, karena sangat tergantung pada jenis kelamin dan
usia anak (biasa menggunakan indicator persentil). Seorang dikatakan anak obesitas (childhood
obesity) jika memiliki BMI lebih besar dari 95%.
Untuk mengetahui apakah anak obesitas, anda bisa
menggunakan alat bantu (calculator BMI) anak, salah satu sumbernya dari situs resmi
Centers for Disease Control and Prevention (CDC) dimana ada 2 versi ukuran yakni English version (Pounds & Feet-Inches) dan Metric version (Kg & meter), atau anda bisa mengunjungi situs resmi tersebut melalui alamat berikut ini :
kemudian anda pilih file Excel nya (sesuaikan versi ukuran yang berlaku di negara anda), namun jika anda ingin dalam satuan standard metric (Kg & meter) agar
mudah membacanya, anda bisa men-download file langsung melalui alamat resmi CDC dibawah ini :
Sumber file : http://www.cdc.gov
Sementara pengukuran BMI untuk orang dewasa, menggunakan rumus dan tabel WHO dibawah
ini :
Artinya,
pengukuran BMI dewasa diperoleh dengan membagi berat badan seseorang (dalam kilogram ) dengan kuadrat tinggi badan orang
tersebut (dalam meter), kemudian lihat hasilnya berada pada range yang mana sesuai tabel dibawah ini :
BMI
|
Klasifikasi
|
<18,5
|
Underweight
(dibawah normal)
|
18,5 - 24,9
|
Berat
badan normal
|
25,0 - 29,9
|
Kegemukan
(kelebihan berat badan)
|
30,0 - 34,9
|
Obesitas
tingkat I
|
35,0 - 39,9
|
Obesitas
tingkat II
|
≥ 40,0
|
Obesitas tingkat
III
|
Sumber : Organisasi Kesehatan Dunia / World Health Organization (WHO)
Nah, bila dari hasil perhitungan BMI anak, ternyata anak anda
mengalami obesitas, jangan anda buru-buru panic dan stress, karena saya akan
memberikan 13 Cara Mantap, Paling Jitu dan Paling Mujarab untuk Menangani dan Mengobati
Anak Obesitas (Childhood Obesity), sebagai berikut :
- Lakukan pengukuran berdasarkan Indeks Massa Tubuh (Body
Mass Index / BMI) anak dengan menggunakan kalkulator BMI (untuk kita di Indonesia, download file excel-nya versi metric saja). Tujuannya, untuk mengetahui apakah anak mengalami obesitas atau
tidak.
- Membuat program penurunan berat badan anak
secara perlahan dan stabil karena penurunan
berat badan yang drastis dalam waktu singkat bisa membahayakan kesehatan anak. Program tersebut
harus dijalankan secara disiplin oleh anak sampai program tersebut
tercapai (berhasil) menurunkan berat badan menjadi berat ideal. Jangan
lupa anda berikan pujian
jika anak anda berhasil menurunkan berat badannya.
- Mengurangi jumlah waktu anda
beserta keluarga menonton televisi, bermain game, computer, dan mengganti kegiatan
tersebut dengan aktivitas yang melibatkan fisik. Pilihlah aktivitas fisik
yang paling disenangi oleh anak anda, mudah dilakukan sehingga ia bisa
menikmati dan nyaman dalam melakukan kegiatan tersebut seperti berlari,
melompat, bermain, senam, bermain bola, berjalan, jogging, bersepeda,
berenang, dsb. Hal ini dimaksudkan untuk membakar lebih banyak lagi kalori dalam
tubuhnya sehingga tidak terjadi penimbunan lemak tubuh.
- Ubah pola kebiasaan
makan dan gaya hidup anak anda dengan memberikan porsi makanan yang tepat,
sehat, dan hindari mengkonsumsi makanan padat kalori (kadar lemak dan gula tinggi) seperti permen, cokelat, kue tart, minuman
ringan (soft drink), makanan junk food/makanan
tidak sehat (mie instan, snack, asinan, makanan kaleng, keju olahan,
gorengan, fast food, daging olahan seperti nugget, sosis, es krim, bakso),
makanan yang mengandung pengawet atau penyedap rasa (MSG) seperti kripik,
krupuk, snack, pop corn, dll dan menggantinya dengan makanan sehat rendah
kalori seperti oatmeal, kacang-kacangan (buncis, kacang panjang, kacang
merah, pistachio, almond, walnut, kacang kapri, kacang polong, dll), tahu, tempe, tomat, yogurt, minum air putih
(mineral water), dsb
- Banyak
mengkonsumsi makanan yang mengandung serat tinggi, kaya vitamin, mineral,
dan protein seperti sayur-sayuran (seledri, selada, daun bawang, wortel, mentimun, brokoli, bawang putih,
asparagus, bayam, kol, dll), buah-buahan (semangka, apel, mangga, lemon,
stroberi, jeruk, blueberry, dll), ikan salmon, ikan tuna, telur rebus, biji-bijian
seperti gandum, dsb
- Memberikan
makanan sehat, dengan porsi yang tepat dan waktu makan yang teratur 3x
sehari (sarapan pagi, siang, dan makan malam). Untuk kebutuhan karbohidrat
sebaiknya mengkonsumsi beras merah, kentang rebus, ubi jalar, sagu, gandum,
jagung, dll.
- Jika anda
ingin memberikan cemilan, berikan cemilan yang sehat seperti agar-agar,
buah yang dipotong-potong, sayuran yang dikukus, puding buah, bubur kacang
ijo, bubur beras merah, kue lemper buatan sendiri, kismis, dsb
- Pemberian ASI eksklusif juga akan memberikan nutrisi
yang sehat kepada balita serta bisa mengurangi resiko obesitas pada anak.
Bagaimana pun juga ASI lebih baik dibandingkan susu formula.
- Mengkonsumsi susu sebagai sumber nutrisi yang baik bagi
anak dengan tetap memperhatikan takaran penyajian secara tepat (jangan
berlebihan porsinya), misal segelas susu di pagi hari
- Hindari
mengkonsumsi atau penyajian makanan dengan cara menggoreng untuk
menghindari anak mengkonsumsi lemak secara berlebihan. Alternatif yang bisa
dilakukan adalah dengan cara memanggang (dengan oven), merebus, ataupun
dikukus.
- Bila
anak anda usia sekolah, berikan sarapan yang sehat agar anak memiliki
energi yang cukup saat beraktivitas di sekolah. Selain itu pemberian
sarapan dimaksudkan untuk menghindari anak membeli/jajan makanan yang bisa
membahayakan kesehatan (junk food) yang bisa menyebabkan obesitas.
- Jangan anda memberikan obat-obatan penurun nafsu makan atau menghambat penyerapan lemak tanpa berkonsultasi terlebih dahulu dengan dokter, karena obat-obatan tersebut mempunyai efek samping yang merugikan dan membahayakan anak
- Jika
berbagai tips diatas sudah anda lakukan dan tidak menunjukan adanya
perbaikan atau penurunan berat badan anak anda menjadi ideal, sebaiknya
anda berkonsultasi dengan dokter ahli gizi untuk menentukan langkah
penanganan anak obesitas secara tepat.
Catatan :
Tips diatas juga cocok dan bisa diaplikasikan untuk orang dewasa, namun saat melakukan pengukuran BMI menggunakan rumus dan tabel BMI untuk orang dewasa.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Dear Abang/Neng yang cakep dan baik hati.... Jika ingin meninggalkan komentar, jangan lupa mengisi ID-nya.... Btw, dengan segala kerendahan hati, kalo tidak keberatan tolong di share (berbagi) artikel yang ada di blog mas BW via facebook, twitter, google+, dsb, kepada keluarga, kerabat, sahabat, teman, dll siapa tau infonya bisa bermanfaat buat orang lain, hitung-hitung sebagai amal jariyah..Terima kasih, sudah berkunjung ke blog Mas BW... salam hangat : Bambang Warsita