4 komentar:

  1. Halo mas BW, maaf mengganggu.
    Sebelumnya saya mau berterimakasih karena mas sudah membuat artikel ini. Ini sangat bermanfaat karena selama ini saya sibuk mencari artikel-artikel yang berhubungan dengan keluhan saya tapi sepertinya yang saya dapatkan hanya informasi copy paste dan tidak ada sesi tanggap mengganggapi yang membuat saya kebingungan harus melakukan apa.
    Oke, keluhan saya ini apakah bisa dikategorikan sebagai kudas/kurap paha dalam/selangkangan? Saya sering mengalami gatal-gatal di sekitar selangkangan, awalnya hanya disekitar selangkangan namun lama-kelamaan juga menyerang daerah sekitar labia. Kalau saya sudah kesal dan tidak bisa menahan rasa gatal, saya terpaksa menggaruk dan berakhir dengan iritasi yang jauh lebih mengganggu. Sebelumnya saya juga pernah mengalami ini tapi dengan menggunakan rebusan air daun sirih dan antibiotik (Amoxicilin) keluhan saya bisa diatasi. Namun, untuk kali ini pengobatan seperti itu tidak membantu sama sekali. Dari info yang saya dapatkan antibiotik ternyata tidak bagus jika digunakan sebagai pengobatan gatal-gatal di daerah selangkangan wanita karena antibiotik membunuh semua jenis bakteri padahal pada kewanitaan terdapat bakteri baik yang fungsi menjaga kestabilan asam di sana. Benarkah penggunaan antibiotik kurang tepat untuk keluhan saya?
    Selanjutnya, gatal-gatal yang saya alami ini akan lebih menyiksa saat malam hari, saya sampai sulit untuk tidur. Beberapa refrensi yang saya mengatakan bahwa hal ini bisa disebabkan oleh stress, tapi kadang saya berpikir bagaimana saya tidak stress kalau keluhan saya yang sudah 2 bulan berlangsung itu tidak kunjung membaik. Bukannya apa mas, rasa mengganggunya itu muncul di waktu yang benar-benar tidak tepat. Waktu saya presentasi atau sedang berkumpul dengan banyak orang. Saya sampai berkeringat kalau menahan rasa gatalnya.
    Dan mengikuti tanggapan dari beberapa keluhan teman-teman yang sudah mas komentari saya mau bertanya mengenai penggunaan salep. Salep yang mas sarankan itu bolehkan digunakan untuk wanita? Kemudian dalam penggunaannya mas mengatakan jika itu digunakan 2x sehari tapi jangan digunakan setiap hari. Apakah maksudnya jika saya menggunakan salep pada hari sabtu dan menggunakannya pada pagi dan sore hari, saya boleh menggunakan salep itu pada sabtu berikutnya. Seperti itukah?
    Waduh, kok saya terkesan lagi curhat ya? Haha, maklum saya bingung mau mengeluh sama siapa. Tiap ke apotik saya tanya-tanya soal obat dan jawabannya selalu antibiotik padahal itu tidak membantu sama sekali. Mohon bantuannya mas. Terimakasih.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Dear mbak Dinda Maharani,
      Coba perhatikan ciri-cirinya apakah ada seperti berikut ini : timbul rasa gatal seperti terbakar di kedua belah sisi daerah selangkangan, lipatan kulit paha, atau dekat anus. Bagian yang terkena tampak berwarna merah kecokelatan, mengelupas, atau pecah-pecah karena mengalami gesekan dengan pakaian.
      Jika ada salah satu tanda diatas, berarti benar akibat infeksi jamur yang disebut Tinea cruris atau Tinea inguinalis (kurap pangkal paha/selangkangan).
      Kalo yang mbak maksud pada artikel saya pengobatan dengan salep 2x sehari tapi jangan digunakan setiap hari, kemungkinan itu salep scabimite untuk mengobati scabies/kudisan bukan untuk mengatasi infeksi jamur, mbak..
      Untuk pengobatan jamur pada kasus yang mbak alami, bisa dengan anti jamur seperti tolnaftate (misal merk Tinactin atau tolnaftate cream). Namun bila kedua salep sulit diperoleh, coba pakai salep merk Inerson saja. Oleskan sehabis mandi (2 kali sehari, pagi dan sore/malam) setiap hari dalam keadaan kulit sudah dikeringkan/di lap kering.
      Untuk bagian yang sudah terlanjur lecet, sebaiknya dibersihkan dulu dengan povidone iodine (misal betadine), biarkan kering sebentar, lalu oleskan salep hydrocortisone.
      Selama pengobatan, hindari memakai pakaian/celana ketat seperti jeans, dsb.
      Untuk obat-obatan lain dan antibiotik sementara waktu saya rasa tidak perlu dulu diminum yah, kalo pun ingin minum nanti aja dulu kita lihat perkembangannya 1 minggu ke depan.
      Dicoba dulu mbak, nanti 1 minggu lagi boleh update lagi ke saya. Kalo mau panjang lebar, bisa mengirim pesan via fansfacebook blog mas BW atau facebook saya atau bisa via Google +.
      Untuk lebih jelasnya mengenai infeksi jamur tersebut, bisa dibaca pada artikel saya dengan judul : 16 Tips Ampuh dan Paling Manjur Mengobati serta Mencegah Penyakit Infeksi Jamur (Panu, Kadas/Kurap) atau URL : http://bambang-warsita.blogspot.com/2014/01/16-tips-ampuh-dan-paling-manjur.html
      Demikian infonya semoga dapat membantu. Terima kasih sudah berkunjung ke blog mas BW... salam : Bambang Warsita

      Hapus
  2. Dear Pak Bambang Warsita,
    Nama saya Andy. Perkenankan saya bertanya beberapa hal. Bulan Mei tahun 2013 saya sempat batuk hebat yang terjadi malam hari, nyeri/sakit di bagian dada kiri atas, sakit pada punggung ketika bersujud / sembahyang. Lalu mulai bulan Juli s/d Oktober 2013 berat badan saya terus menurun. Dari berat 57 kg turun menjadi 51 kg lalu turun lg 49kg. Saya sendiri tidak mengalami penurunan nafsu makan, malah porsi makan ditambah begitu melihat berat badan yg turun begitu drastis.
    Saya tidak melakukan tindakan medis apapun hingga pd bulan Mei 2014 saya rontgen paru2 dan diketahui tampak flek pada paru saya. Berat badan saya pada waktu itu sekitar 54 / 55 kg. Lalu saya menjalani tes dahak,dan diminta sebulan kmudian utk rontgen lg.
    Hasil tes dahak saya menunjukkan negatif baik hari pertama kedua dahak yg dikluarkan maupun dahak yang dibiakkan sebulan. Oleh dr spesialis, saya diminta minum obat tbc selama sebulan (INH, rifampisin, Ethambutol, plus curcuma) dan diminta rontgen lg.
    Hasil rontgen menunjukkan masih terdapat flek pada paru saya. Dan dokter menganjurkan saya utk minum obat tbc (sama spti di atas) selama 6 bulan. Saya sekarang sudah memasuki bulan ke 3 minum obat tsb. Saya diminta pd bulan ke 4 pengobatan utk rontgen lg.
    Pertanyaan saya:
    a. Apakah penanganan medis yg diberikan dokter sudah tepat? Sy sempat bertanya mengapa tes dahak saya negatif tapi meminum obat yg sama spti penderita TBC positif, dijwb utk menghilangkan flek tsb. Apakah demikian, Pak?
    b. Seseorang yang terkena TBC bila tidak meminum obat apakah berat badannya tidak akan naik?
    c. Kondisi saya sekarang, berat badan 58kg. Tidak batuk2 dan nyeri punggung dan dada. Beberapa hari lalu (akhir Nov 2014) saya sempat menemui dokter bagian Homeopathy, dikatakan flek sy sudah kering, dan tidak usah lg minum obat yg sy tulis di atas sampai pengobatan bulan ketiga ini sls. Saya juga diberikan obat Homeopathy yang sampai sekarang blm saya konsumsi walau dikatakan boleh di minum bersamaan dg obat TBC.

    Mohon pencerahan dari Bapak. Terima kasih atas perhatiannya.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Mas,
      Karena gejala yang mas alami seperti : rasa nyeri pada bagian dada, dan ketika di foto rontgen terlihat ada flek pada paru-paru (kemungkinan disebabkan infeksi meskipun bukan bakteri Mycobacterium tuberculosis) yang mengindikasikan terjadi kerusakan pada jaringan paru-paru tsb.
      Mengingat hasil pemeriksaan terakhir (Nop'14) dikatakan flek sudah kering, maka :
      a. Tindakan yang diambil dokter, sudah berdasarkan analisa medis dan laboratorium dengan memberikan obat Rifampicin, Isoniazid (INH), Ethambutol, untuk mengobati flek tersebut. Memang benar, obat tersebut harus dikonsumsi 4 bulan pertama. Nanti setelah bulan ke-4 seterusnya hanya : Rifampisin dan Isoniazid (INH)
      b. Untuk kesembuhan sebaiknya tekun dan disiplin minum obat sesuai anjuran dokter dan melakukan kontrol secara rutin untuk memastikan progres pengobatan hingga pasien sembuh total. Berat badan akan naik, bila asupan makanan gizi juga tinggi serta kondisi tubuh berangsur sehat. Jadi ada korelasinya mas.
      c. Setelah mengkonsumsi obat-obatan diatas antara 8-12 minggu, biasanya kondisi tubuh akan lebih baik. Namun perlu diingat bahwa pengobatan memang harus tuntas dan jangan berhenti minum obat sebelum ada anjuran dokter untuk berhenti, khawatirnya bakteri menjadi resistan (kebal) sehingga diperlukan dosis dan obatan yang lebih keras untuk membasmi bakteri tersebut kembali.
      Saran saya, coba konsultasikan kembali mengenai hal ini dengan dokter spesialis paru untuk obat tersebut.
      Demikian infonya semoga dapat membantu. Terima kasih sudah berkunjung ke blog mas BW... salam : Bambang Warsita

      Hapus

Dear Abang/Neng yang cakep dan baik hati.... Jika ingin meninggalkan komentar, jangan lupa mengisi ID-nya.... Btw, dengan segala kerendahan hati, kalo tidak keberatan tolong di share (berbagi) artikel yang ada di blog mas BW via facebook, twitter, google+, dsb, kepada keluarga, kerabat, sahabat, teman, dll siapa tau infonya bisa bermanfaat buat orang lain, hitung-hitung sebagai amal jariyah..Terima kasih, sudah berkunjung ke blog Mas BW... salam hangat : Bambang Warsita